Omed-Omedan, Tradisi Unik Setelah Nyepi di Pulau Bali
4 hari lagi Nyepi tiba. Ya, salah
satu hari raya besar dan sekaligus untuk merayakan tahun baru bagi umat Hindu khususnya di Bali,
dimana semua aktivitas pada hari itu berhenti dan suasana menjadi sepi. Tidak
ada cahaya lampu pada malam hari, tidak diperkenankan melakukan aktivitas
diluar rumah, tidak diperkenankan mengeluarkan suara yang dapat mengganggu
sekitar. Intinya pada hari itu Pulau Bali benar-benar sepi dan tidak ada
aktivitas sama sekali. Aku pribadi cukup senang dengan momen ini, karena bener-bener yang bisa ngerasain suasana tenang satu hari penuh.
Foto-foto ini aku ambil di acara Omed-omedan tahun lalu. Belum sempat ke-publish dan mumpung momennya pas jadi sekalian aja hahaha.
Seorang panitia menyiram jalan raya yang akan digunakan dalam Omed-omedan. |
Anak-anak terlihat sangat senang ketika air disemprotkan kearah mereka. |
Barong Bangkung, tanda Omed-omedan akans egera dimulai. |
Sehari setelah Nyepi dikenal
dengan istilah “Ngembak Geni” dimana pada hari itu umat Hindu melakukan
persembahyangan semoga di tahun baru diberikan kemudahan, kebaikan, dan menjadi
manusia yang baru.
Pada hari itu juga, di Banjar Kaja, Desa
Sesetan, Denpasar terdapat tradisi unik yang sudah dilakukan turun menurun dari sebelum
jaman penjajahan di Indonesia. Tradisi ini dikenal dengan nama “Omed-omedan”. Omed-omedan sendiri
diselenggarakan oleh pemuda dan pemudi asli Banjar Kaja Sesetan dengan cara
tarik-tarikan hingga berciuman sebagai wujud kebahagiaan di saat Ngembak
Geni. Meskipun pelaksanaan tradisi ini identik dengan ciuman, tetapi
sebenarnya definisi dari Omed-Omedan adalah tarik menarik. Jadi bisa dilakukan
dengan cara berpelukan tanpa harus saling berciuman.
Seorang peserta pria bersiap diangkat ketengah untuk dipertemukan dengan peserta wanita. |
Tantangan tersendiri buat dapat gambar bagus, karena banyaknya yang datang untuk mendokumentasikan tradisi ini. |
Tradisi ini diselenggarakan sebagai bentuk atau
wujud kebahagian di hari Ngembak Geni dan juga sekaligus sebagai ajang
silaturahmi antar sesama pemuda pemudi Banjar. Bahkan sebagai ajang mencari
jodoh.
Acara dimulai pada siang menjelang sore hari,
biasanya sebelum peserta Omed-omedan masuk, beberapa panitia dan tetua adat menyiram
jalan yang nantinya akan digunakan pemuda pemudi agar suasana tidak terlalu
panas. Kemudian ada tarian Barong Bangkung dan setelah itu peserta bersiap-siap
memasuki tempat yang sudah disiapkan.
Ketika peserta pria dan wanita bertemu, maka seketika air akan ditumpahkan kearah mereka |
Suasana Omed-omedan pada waktu itu, sangat ramai dengan penonton |
Beberapa detik saat peserta pria menarik peserta wanita, tumpahan air menuju kearah mereka. |
Sebelum
melakukan Omed-Omedan para peserta sembahyang bersama di Pura Banjar. Seluruh
peserta wajib mengikuti prosesi ini. Kemudian para pemuda dan pemudi mulai
dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok cowok dan cewek dan jalan
beriringan keluar menuju jalan raya didepan banjar, disinilah Omed-Omedan
berlangsung. Setelah diberi aba-aba, kedua kelompok cowok dan cewek yang saling
berhadapan akan mengangkat salah seorang wakilnya untuk dipertemukan dengan
wakil dari kelompok lain dibagian tengah jalan. Gamelan mengalun dengan
semangat, tanda para peserta sudah siap memulai Omed-omedan.
Ketika
sudah dekat terkadang wakil cowok yang lebih dahulu menarik wakil perempuan.
Tidak jarang juga inisiatif saling menarik terjadi diantara keduanya. Beberapa
tetua adat menyiramkan air pada peserta yang sedang berciuman. Begitu
seterusnya sampai semua peserta mendapat bagian untuk diangkat dan saling
menarik. Riuh sorak penonton pada saat itu membuat suasana menjadi semakin
meriah dan penuh kegembiraan. Para peserta pun menjadi ikut bersemangat, inilah
makna tradisi ini diadakan sehari setelah Nyepi agar semua warga merasakan
kegembiraan dan semangat di tahun yang baru.
Semua bergembira dan senang didalam tradisi Omed-omedan. |
Segera akan bertemu peserta pria. |
Penonton melewati jalan becek setelah Omed-omedan berakhir. |
Terkadang
ada juga peserta perempuan yang malu-malu tidak mau dicium dan berusaha
menolak, alhasil mereka hanya berpelukan sembari disiram air (gagal sob usahanya
hehe). Tidak jarang juga dalam perayaan terdapat 2 sampai 3 pasangan sekaligus
yang saling berciuman. Acara ini berlangsung sekitar 2 jam dan diakhiri dengan
tepuk tangan bersama baik para penonton dan peserta.
Setelah
euphoria Omed-omedan berakhir, peserta masuk ke pura didalam Banjar dan
secara bergiliran memohon tirta ke pemangku. Hal ini dilakukan sebagai ucapan
syukur setelah melakukan Omed-omedan sekaligus memohon keselamatan pada Tuhan.
Seorang peserta wanita kerauhan (kerasukan) setelah selesai acara dipura Banjar Kaja |
Seorang peserta pria pun kerauhan didalam Pura Banjar. |
Kalau
berniat menonton Omed-omedan, aku saranin selalu waspada akan datangnya
serangan air secara tiba-tiba. Karena saking ramainya penonton terkadang ruang
gerak para peserta semakin terbatas, untuk mensiasati hal ini para panita atau
tetua adat menyiramkan air ke bagian penonton agar ruang gerak para peserta tidak
digunakan oleh penonton. Bahkan terkadang panita ada yang iseng menyiramkan air
ke bagian penonton, jadi waspadalah. Hal ini yang jadi pemandangan baru
disela-sela Omed-omedan karena suasana semakin riuh dan meriah dengan teriakan
dan gestur penonton yang terkena siram.
Jadi
masih ada waktu sekitar 4 hari lagi buat booking tiket dan terbang ke Bali,
ngerasain Nyepi sekaligus nonton Omed-omedan besoknya. Mumpung pas weekend juga
besok Nyepi-nya. :)
Cheers!
Video omed omedan seru sekali
ReplyDeletehttps://www.youtube.com/watch?v=0uOzhxA4ujM