Satu lagi tradisi di Bali yang sempat aku dokumentasikan dan ikuti dari awal sampai akhir. Tradisi yang cukup unik ini dilakukan oleh masyarakat desa adat Kedonganan, Jimbaran, Bali dan dikenal dengan Mebuug-buugan. Para peserta berkumpul di LPD Desa sebelum acara dimulai Banyak dari peserta Mebuug-buugan yang berkreasi membuat bentuk dari lumpur Seorang anak melumuri badanya dengan lumpur Seorang anak kecil terkena lumpur yang dioleskan dipipi Tradisi yang dilakukan sehari setelah hari raya Nyepi ini sudah cukup lama tidak dilakukan oleh masyarakat setempat dan baru dilakukan lagi beberapa tahun kemarin. Tepatnya diantara tahun 1942-1945 keberadaan tradisi ini Mebug-bugan sudah berakar dan menjadi sesuatu yang ditunggu masyarakat. Pada rentang tahun tersebut tradisi ini rutin dilakukan oleh masyarakat, sampai terjadinya peristiwa tahun 1965 dimana masyarakat yang diduga dan terduga komunis Indonesia dibantai, pada saat itu juga tradisi ini tidak dilakukan lagi ...
Pagi itu dingin terasa menusuk sampai tulang, pukul 4 dini hari. Sempat tidak menyangka kalau udara akan sedingin ini di Nyaung Shwe. Bis malam yang mengantar pada saat itu sudah pergi ke pemberhentian selanjutnya. Tiba-tiba datang seorang pria membawa tiket masuk kawasan wisata Danau Inle, cukup kaget karena seolah-olah tiket tersebut illegal, terlebih karena ia mencegat ditengah jalan begitu turun dari bis. Tetapi menjadi percaya setelah melihat kartu identitas yang tergantung dibadan petugas dan setelah bertanya kepada supir taxi setempat. Setiap wisatwan diwajibkan membayar 10 dollar Amerika dan tiket tersebut berlaku selama satu minggu dari hari kedatangan selama melakukan kegiatan wisata di Danau Inle. The Famous Leg Rowing in Inle Lake Perjalanan menuju pintu masuk Kuil Shwe Inn Dein Lalu lintas pagi hari di danau Inle Jalanan terlihat gelap dan sepi, kabut tipis menyelimuti beberapa sudut membuat suasana seolah-olah menjadi tambah dingin. Setelah menemukan t...
Cukup produktif untuk mengupdate blog beberapa hari ini. Sayang kalau beberapa pengalaman seru nggak dishare, toh buat apa juga kalau cuma disimpen sendiri *halah apaan dah! Ok, masih seputar jalan-jalan di Myanmar dan semoga nggak bosen dengan topiknya hehe. Menjelang 2 hari terakhir di Myanmar, aku dan Erick berencana mau nyoba naik Kereta Api di Myanmar. Secara undah nyoba angkot, bus, dan kayaknya kereta api sepertinya bakal jadi pengalaman yang menarik. Kami memilih rute kereta dari Bagan menuju Yangon. Sempat ada yang menyarankan kalau bisa jangan naik kereta api, karena akan memakan waktu yang lama dan tidak pasti (haduhhh bahkan sekarang kereta api bisa PHP-in orang) kapan sampai. Karena sudah menjelang hari terakhir di Myanmar dan di Yangon niatnya memang santai menikmati hari-hari terakhir, maka dengan bulat tekat memilih transport kereta api ini. Nggak sengaja ketemu Yans di Bagan, beberapa jam sebelum balik ke Yangon Hari terakhir di Bagan cukup membua...
Comments
Post a Comment