Mendung di Danau Tamblingan

Howdy! First post in 2016, seperti biasa resolusi biar bisa konsistent upload blog masih harus diperbaharui (lagi dan lagi) di tahun ini haha. 
Pura danau Tamblingan, ada sedikit harapan akan hadirnya matahari pagi itu.
Pengunjung yang datang untuk menikmati pagi.
Baru kemarin hari raya Galungan pertama mampir di Bali dan kebetulan juga tiap Galungan aku dapet libur sehari dari rutinitas perkantoran. Mumpung libur jadi kepikiran mau short trip ke daerah yang adem-adem dan pilihan jatuh ke Danau Tamblingan yang terletak di Buleleng, Bali. Berangkatlah aku dan Haryo yang saat itu kebetulan juga lagi libur dari rutinitas perkantoran

Jujur ini kali pertamaku ke tempat ini dan sempat salah masuk ke Danau Bratan karena waktu searching di Internet patokanku adalah ada pura disekitar danau ini. Ternyata diantara Danau Bratan dan Tamblingan sama-sama punya pura di pinggir danaunya haha. Berbekal maps dari Haryo berangkatlah kita menuju Tamblingan yang letaknya bersebelahan dengan danau Buyan.
Awan hitam sudah mulai tampak.
Sampan kecil parkir ditepi danau.
Jalan menuju danau Tamblingan cukup sempit, juga gelap, plus kabut pada saat itu cukup tebal yang penting berhati-hati ditambah hujan habis membasahi daerah ini. 

Waktu menunjukan pukul sekitar 5.30 pagi. Ketika sampai di pintu masuk menuju danau, suasana masih gelap dan gak ada penjaga ataupun warga yang bisa kami tanyai informasi untuk masuk ke dalam. Alhasil kami terobos saja jalan kecil didepan kami berbekal keberanian dan suasana yang sedikit horor karena gelap saat itu. Ditengah perjalanan ada kabel listrik menggantung dan sedikit menghalangi jalan plus ada pohon yang tumbang pagi itu. 

Karena ini kali pertama kami ketempat ini, kami masih sangat ragu untuk meneruskan perjalanan sampai ke dekat pura, walaupun bayangan pura sudah tampak didekat kami. Aku memutuskan buat balik dan nunggu di parkiran mobil saja dengan alasan, pertama takutnya mobil memang tidak diperbolehkan masuk, karena ada pura yang cukup besar aku pikir ini kawasan suci jadi kurang pantas buat membawa mobil masuk sampai sejauh ini, ketiga karena kondisi yang cukup gelap jadi kami tidak mau terjadi hal-hal yang tidak dinginkan seperti mobil terperosok kedalam lumpur ataupun ditegur penduduk sekitar.
Suasana sendu di danau Tamblingan
Sampan yang bisa disewakan ke pengunjung
Pura danau Tamblingan.
Setelah puter balik, kami tidur sebentar di parkiran mobil sampai suasana sedikit terang dan memilih untuk berjalan kaki sampai ke danau. Ketika akan jalan menuju danau, ada sebuah mobil masuk melewati kami dengan kecepatan yang lumayan kencang. Pikir kami saat itu, mungkin terburu-buru untuk prewedding photo session. Tempat ini juga terkenal dikalangan fotografer wedding sebagai salah satu spot yang cukup jadi langganan untuk sesi pemotretan prewedding.

Ternyata mobil tadi parkir persis didepan pura danau Tamblingan, sepertinya kendaraan terbiasa untuk masuk kedalam ketika ingin menyambut pagi disini. Kami tidak tahu persis apakah sebenarnya kendaraan mobil khususnya diperbolehkan untuk masuk sampai dalam.

Setelah langit mulai cerah, tampak dengan jelas situasi danau Tamblingan. Ada beberapa gubuk dipinggir danau, sampan yang disewakan buat pengunjung. Pada saat itu debit air di danau tidak banyak, karena katanya kalau air danau naik bisa sampai menggenangi pura. Ditambah langit pagi itu mendung, padahal ketika subuh aku sempat melihat bebebrapa bintang walaupun sedikit tertutup awan, tapi sedikit optimis kalau sinar matahari akan datang.

Setelah ditunggu beberapa saat, sang surya tak tampak dan awan gelap semakin tebal. Aku ngambil beberapa gambar dan memutuskan untuk pulang. Pagi itu tidak banyak pengunjung, cuma ada 6 orang. Bahkan ketika perjalanan pulang kabut semakin tebal dan membuat jarak pandang sedikit terbatas.
Gunung Agung, sewaktu perjalan pulang meunju Denpasar.
Cukup disayangkan memang cuaca pagi itu, tapi paling nggak aku udah tau tempatnya dan jadi penasaran gimana suasana danau ketika suasana cerah dan air danau penuh dan pasti bakal kesana lagi.

Perjalanan pulang sedikit berbeda dari biasanya, karena pada saat itu hari raya Galungan, jadi sepanjang jalan kami melihat penduduk yang sedang menuju ke pura dan melakukan persembahyangan.

Satu hal yang membuat kami sedikit khawatir pagi itu adalah gak ada warung babi guling yang buka karena banyak warung yang tutup pada hari raya dan cukup susah mencari sarapan hehe. 

Cheers,

Comments

Popular posts from this blog

Bagan, Kota Tua Dengan Ribuan Kuil dan Pagoda (part 2-end)

Mandi Lumpur Dalam Tradisi Mebuug-buugan

Vintage and Boho Style, La Laguna