Belajar dari Museum Kain

It's been a long time. Memang susah konsisten buat nulis di blog. 2014 udah mau kelar, semoga resolusi tahun depan blog ini bisa keisi terus-terusan setiap bulan lah minimal *crosed fingers :)
Kali ini mau kasi informasi seputar museum kain. 
Sejuk, nyaman, indah, sarat informasi, dan sentuhan teknologi multimedia. Ini yang menjadi kesan utama ketika memasuki Museum Kain milik perancang dan pembuat batik Josephine W Komara atau Obin di Paviliun Alang-alang Lantai 3, Beachwalk, Kuta - Bali.
Mulai menaiki anak tangga pengunjung sudah disajikan dengan lukisan kain batik layaknya selendangyang terbentang ditangga. Selanjutnya, pintu kayu untuk memasuki musem sudah menanti didepan, bersamaan dengan sejuknya pendingin ruangan ketika kita memasuki ruang museum. Pencahayaan ruangan sangat nyaman dan membuat kita lebih fokus terhadap objek yang kita ingin ketahui latar belakangnya.
Deretan foto-foto berpigura dari masa ke masa tentang batik dan kain di Nusantara terpajang rapi disalah satu sisi dinding museum, disinilah kita akan memulai perjalanan bagimana cerita tiap-tiap selembar kain dari tahun ke tahun di museum kain.
Semua kain terpajang dengan rapi dan cantik dengan pencahayaan yang menarik. Setiap kain memiliki keterangnya masing-masing, jadi pengunjung tidak perlu bertanya-tanya. Informasinya lengkap mulai dari ukuran kain, tahun pembuatan, video, sejarah, hingga metode pembuatannya. Pengunjung bisa memperolehnya hanya dengan klik pada layar sentuh yang tersedia di sejumlah meja. Bisa dikatakan, penggunaan teknologi sebagai bagian untuk menambah informasi pada museum kain ini menjadi poin plus. Jangan khawatir, bila masih ingin memperoleh informasi kita dapat bertanya pada petugas museum.
Koleksi kain yang dimiliki Obin berjumlah sekitar 600 lembar kain tua dan buatannya sendiri, hanya saja museum ini tidak memuat semua koleksinya dikarenakan luas museum tidak memungkinan untuk menampilakan semua koleksi. Oleh karena itu, pemajangan kain tersebut dirotasi setiap 6 bulan sekali.
Tidak hanya kain, tetapi ada juga pemajangan canting (alat untuk membatik), bahan pewarna alami, dan alat untuk membuat batik cap. Kita juga dapatkan visual cara memakai kain, dari yang klasik sampai modifikasi. Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat berpose menggunakan kain-kain yang sudah disediakan oleh pihak museum untuk digunakan, kemudian difoto dan ditampilakan dilayar museum.
Pada akhir perjalanan, pengunjung akan memasuki ruangan baru, dimana disediakan berbagai macam souvenir sebagai oleh-oleh, mulai dari kain batik, tas, dompet, scraft, dan lain-lain yang masih bernuansa batik dan etnik.
Museum ini dapat dijadikan refrensi bagi museum-museum lain di Indonesia khusunya, bagaimana penggunaan teknologi masa kini dapat digunakan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Karena sifatnya yang sangat mempermudah untuk mengetahui informasi. Tata letak dan interior juga menjadi poin penting untuk membuat rasa nyaman pengunjung ketika melakukan wisata didalam museum. 
Museum kain buka dari hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 10.00 – 19.30 dan tiap pengunjung wajib membayar 50.000 rupiah sebagai tiket masuk museum. Kalau berkunjung ke Bali silahkan mampir ke museum ini, Selain memperoleh informasi kita juga mengetahui penggambaran bagaimana peran kain menjadi identitas manusia dan Bangsa Indonesia dari tahun ke tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Bagan, Kota Tua Dengan Ribuan Kuil dan Pagoda (part 2-end)

Mandi Lumpur Dalam Tradisi Mebuug-buugan

Drama Perjalanan di Bandung dan Piknik Tipis-Tipis (Part II)